Info Kegiatan Sekolah
Kegiatan utama di lembaga ini adalah penyelenggaraan proses belajar dan mengajar, di ruang kelas maupun luar ruang kelas. Bentuk pelaksanaannya berupa kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pada hakikatnya kegiatan ini bertujuan untuk membantu perkembangan siswa sesuai kebutuhan, potensi, bakat dan minat siswa.
Selasa, 28 Mei 2024
Sabtu, 24 Juni 2023
DOKUMENTASI KEGIATAN HAFLAH AKHIRUSSANAH DAN PENTAS SENI TAHUN 2023
DOKUMENTASI KEGIATAN HAFLAH AKHIRUSSANAH DAN PENTAS SENI
Minggu, 24 Juli 2022
Cara Rasulullah Mendidik Anak Kecil yang Membangkang
Cara Rasulullah Mendidik Anak Kecil yang Membangkang
Dalam kitab Sunan Abî Dawud, Imam Abu Dawud Sulaiman memasukkan sebuah riwayat menarik tentang Sayyidina Anas dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut riwayatnya:
قَالَ أَنَسٌ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا فَأَرْسَلَنِي يَوْمًا لِحَاجَةٍ فَقُلْتُ وَاللَّهِ لَا أَذْهَبُ وَفِي نَفْسِي أَنْ أَذْهَبَ لِمَا أَمَرَنِي بِهِ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, قَالَ: فَخَرَجْتُ حَتَّى أَمُرَّ عَلَى صِبْيَانٍ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي السُّوقِ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَابِضٌ بِقَفَايَ مِنْ وَرَائِي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ: يَا أُنَيْسُ اذْهَبْ حَيْثُ أَمَرْتُكَ, قُلْتُ: نَعَمْ أَنَا أَذْهَبُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ أَنَسٌ: وَاللَّهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ سَبْعَ سِنِينَ أَوْ تِسْعَ سِنِينَ مَا عَلِمْتُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا وَلَا لِشَيْءٍ تَرَكْتُ هَلَّا فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan pergi (mengerjakan perintahnya).’ Padahal diriku sebenarnya ingin pergi melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadaku.”
Anas berkata: “Lalu aku keluar (rumah). Aku melewati sekumpulan anak-anak yang sedang bermain di pasar, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tengkukku dari belakang, aku melihat kepadanya, dan beliau sedang tertawa, kemudian berkata: “Wahai Anas, pergilah sebagaimana yang kuperintahkan padamu (tadi).” Aku menjawab: “Baik, aku akan pergi (melaksanakannya), ya Rasulullah.”
Anas berkata: “Demi Allah, sudah tujuh atau sembilan tahun aku mengabdi kepadanya, aku tidak pernah (mendengarnya mengomentari) kesalahan yang kulakukan dalam mengerjakan sesuatu dengan berkata: “Kenapa kau melakukannya begini dan begini,” atau mengomentari (kelalaianku) melakukan sesuatu dengan berkata: “Kenapa kau tidak melakukan ini dan ini.” (Imam Abu Dawud, Sunan Abî Dawud, Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, tt, juz 4, h. 246-247)
****
Sayyidina Anas bin Malik berasal dari suku Najjar, salah satu klan dari suku Khajraz di Yatsrib (Madinah). Ayahnya bernama Malik bin Nadhr meninggal sebelum memeluk Islam, kemudian ibunya, Ummu Sulaim, menikah lagi dengan Sayyidina Abu Thalhah al-Anshari, seorang sahabat nabi yang turut serta dalam Bai’at al-‘Aqabah yang kedua. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, banyak orang yang memberinya hadiah, tapi Ummu Sulaim tidak mampu mengupayakan itu. Dalam salah satu riwayat diceritakan (HR. Imam al-Turmudzi):
قدم رسول الله المدينة وأنا ابن ثمان سنين، فأخذت أمي بيدي، فانطلقت بي إليه، فقالت: يا رسول الله, لم يبق رجل ولا امرأة من الأنصار إلا وقد أتحفك بتحفة، وإني لا أقدر على ما أتحفك به إلا ابني هذا، فخذه، فليخدمك ما بدا لك, قال: فخدمته عشر سنين، فما ضربني، ولا سبني، ولا عبس في وجهي
“Rasulullah datang ke Madinah saat aku berusia delapan tahun, kemudian ibuku menggandeng tanganku dan membawaku pada Rasulullah, ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak seorang laki-laki dan perempuan pun dari kaum Anshar yang datang kepadamu kecuali memberi hadiah untukmu, sedang aku tidak mampu memberimu hadiah kecuali anakku ini. Ambillah, agar ia bisa melayanimu.” Anas berkata: “Aku mengabdi pada Rasulullah sepuluh tahun lamanya, tidak pernah sekalipun beliau memukul, mencaci atau berwajam masam kepadaku.” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 2001, juz 3, h. 399)
Riwayat ini menunjukkan bahwa Sayyidina Anas adalah anak kecil yang memiliki dunianya sendiri, gemar bermain dan bersenang-senang. Andaipun disuruh melakukan sesuatu, tanpa segan ia mengatakan, “tidak”, meski yang menyuruhnya adalah Rasulullah. Ini bukan hal yang aneh, karena begitulah anak kecil. Yang menarik di sini adalah cara bersikap Rasulullah. Mendengar kalimat, “aku tidak akan pergi melakukannya,” beliau tidak menampakkan kemarahan, berwajah masam dan menghardiknya dengan keras, tapi meninggalkannya. Baru kemudian, ketika beliau menjumpai Sayyidina Anas di pasar, beliau memegang tungkuknya dan berkata, “Wahai Anas, pergilah sebagaimana yang kuperintahkan padamu (tadi).
” Dan Sayyidina Anas menjawab, “Baik, aku akan pergi (melaksanakannya), ya Rasulullah.” Ini menarik, karena Rasulullah tidak bertanya, “apa kau sudah melaksanakan perintahku?” Jika Rasulullah menanyakan itu, bisa jadi Sayyidina Anas bingung menjawabnya, karena ia belum melakukannya, bisa saja pertanyaan semacam itu membuatnya terpojok dan akhirnya berbohong. Karena itu, Rasulullah menggunakan pendekatan teladan yang baik dan mudah dimengerti oleh anak kecil, didukung dengan wajah beliau yang sama sekali tidak menunjukkan kemarahan, malah tertawa lepas tanpa beban.
Hal menarik lainnya adalah jeda yang diberikan Rasulullah. Ketika perintahnya ditolak Sayyidina Anas, beliau memberinya ruang agar ia tidak merasa ditekan. Anak kecil tentunya berbeda dengan orang dewasa. Bagi anak kecil, ancaman dirasakan sebagai tekanan, karena fitrahnya memang suka bermain-main. Karena itu, selama sepuluh tahun melayaninya, Rasulullah tidak pernah sekalipun berkata kasar dan menyalahkannya. Sayyidina Anas bercerita (HR. Imam Ahmad):
خدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ وَمَا كُلُّ أَمْرِي كَمَا يُحِبُّ صَاحِبِي أَنْ يَكُونَ مَا قَالَ لِي فِيهَا أُفٍّ وَلَا قَالَ لِي لِمَ فَعَلْتَ هَذَا وَأَلَّا فَعَلْتَ هَذَا
“Aku melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Tidak semua pekerjaanku sesuai dengan perintah beliau, (tapi) beliau tidak pernah berkata kepadaku (karena ketidak-becusanku) “ah/dasar”, dan tidak pernah (juga) berkata padaku, “kenapa kau lakukan ini?” dan “kenapa tidak kau lakukan (seperti) ini?”
Artinya, Rasulullah sedang mendidik Sayyidina Anas dengan keteladanan, sehingga kesan yang ditangkap olehnya adalah kelembutan pekerti dan kemuliaan akhlak. Sikap Rasulullah inilah yang menumbuhkan rasa tidak enak hati secara alami dalam perasaan Sayyidina Anas. Karena selama bertahun-tahun bersama Rasulullah, ia tidak pernah merasa dipertentangkan dengan keadaan yang membuatnya berbohong, dan dibandingkan dengan anak kecil lainnya hingga menimbulkan perasaan kurang dihargai. Sikap Rasulullah ini menunjukkan bahwa dunia anak-anak adalah dunia yang tidak bisa dipandang secara menyeluruh dengan perspektif orang dewasa.
Karena itu, Rasulullah memperlakukan Sayyidina Anas sebagai anak kecil, bukan sebagai orang dewasa, sehingga apapun kesalahan yang dilakukannya, ia tidak menyalahkannya, tapi memberinya contoh yang benar. Nasihat dan kata-kata memang berarti, tapi bagi anak-anak, contoh keteladanan jauh lebih terasa artinya. Ini bisa dilihat dari sekian banyak riwayat yang menceritakan bagaimana Rasulullah bergaul dengan anak kecil, baik cucunya sendiri, maupun orang lain, termasuk Sayyidina Anas.
Pada akhirnya, Sayyidina Anas bin Malik menjadi maha guru. Ia meriwayatkan ribuan hadits, memiliki banyak murid, dan menjadi penjaga ilmu. Menurut satu pendapat, ia meriwayatkan sekitar 2.286 hadits, dengan murid yang sangat banyak. Ia memiliki banyak anak dan umur yang panjang, sebagaimana doa Rasulullah untuknya, saat ibunya meminta Rasulullah mendoakannya, “allahumma aktsir mâlahu wa waladahu wa athil ‘umrahu waghfir dzanbahu—Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya, dan ampunilah dosanya.” (Imam Ibnu al-Jauziy, Shifat al-Shafwah, Kairo: Darul Hadits, 2000, juz 1, h. 278)
Sayyidina Anas bin Malik wafat di usia yang sangat tua karena penyakit kusta. Mengenai di usia berapa ia meninggal, para ulama berbeda pendapat. Abu Ubaid, Qatadah, Hamid dan al-Haitsam bin ‘Adi berpendapat Anas meninggal di usia 91 tahun; al-Waqidi berpendapat di usia 92 tahun; Ibnu ‘Aliyah, Sa’id bin ‘Amir, dan Abu Nu’aim berpendapat di usia 93 tahun; pendapat lainnya mengatakan di usia 103 atau 107 tahun (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, 2001, juz 3, h. 406-407).
Intinya, kita harus memperlakukan anak kecil sebagai anak kecil. Jangan paksakan padangan orang dewasa kepada mereka. Karena standar kebenaran anak kecil, belum semapan orang dewasa. Kebenaran bagi mereka masih berganti-ganti, sesuai selera kesenangan mereka. Di samping itu, kita juga harus mengedepankan keteladanan dalam bergaul dengan mereka. Nasihat dan penjelasan tetap harus dilakukan, tapi keteladanan tak bisa ditinggalkan. Bukankah demikian seharusnya? Wallahu a’lam bish shawwab.
Muhammad Afiq Zahara, alumni PP. Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.
Kebiasaan - Kebiasaan Ini Bantu Anak Bersosialisasi
Kebiasaan Ini Bantu Anak Bersosialisasi
Hallo Bunda, Siapa yang tidak ingin punya anak sehat, percaya diri, dan supel? Salah satu cara mendidik anak adalah dengan memberi contoh. Membangun rasa percaya diri anak pun dapat Bunda tanamkan dengan memberi contoh. Cara Bunda berinteraksi dengan anak, atau dengan orang lain, dapat ditiru buah hati. Karena itu, pastikan Bunda selalu memberi contoh interaksi yang baik dalam bersosialisasi.
Cara Mendidik Anak Bersosialisasi
Cara Bunda berinteraksi dengan anak, atau dengan orang lain, dapat ditiru buah hati. Karena itu, pastikan Bunda selalu memberi contoh interaksi yang baik dalam bersosialisasi.
1. Beri Contoh Positif
Beberapa anak punya insting atau bakat bersosialisasi yang baik. Mereka tidak akan ragu memulai percakapan dengan anak atau orang lain dan mudah bergaul. Ada pula anak yang lebih cenderung pemalu saat bertemu orang baru. Bagaimana pun, berikan beberapa contoh interaksi positif kepada buah hati.
Bunda bisa mengajarkan kalimat-kalimat pembuka percakapan yang mudah kepada buah hati. Misalnya, “Halo, nama saya Bulan. Kamu siapa?” atau “Halo, mau main?”. Saat mengucapkan kalimat ini, gunakan intonasi positif dan ajarkan pula bagaimana bereaksi terhadap kemungkinan jawaban yang diberikan.
2. Dukung Pertemanan Anak
Menjalin persahabatan adalah sarana yang tepat untuk mengembangkan keahlian sosialisasi anak. Jangan khawatir jika buah hati tidak punya banyak teman, sepanjang ia masih punya beberapa teman dekat di sekitarnya.
Bunda bisa membantu menunjukkan dukungan dengan cara menanyakan kepada buah hati tentang temannya. Dorong dan pupuk pertemanan buah hati supaya ia semakin leluasa dan percaya diri berada dalam lingkungan sosial. Pada akhirnya, buah hati akan semakin membuka diri terhadap pertemanan lain.
3. Persiapkan Anak
Cara mendidik anak dalam hal bersosialisasi juga membutuhkan persiapan anak, terutama untuk skenario atau situasi tertentu. Misalnya, jika anak akan berangkat ke pesta ulang tahun teman atau area bermain, berikan beberapa tips kepada anak. Ajarkan cara mengucapkan selamat ulang tahun, atau cara mendekati teman untuk mengajak bermain. Dengan demikian, anak tidak akan merasa grogi karena tidak tahu bagaimana harus bersikap dalam situasi tertentu.
4. Beri Kesempatan Bersosialisasi
Bantu anak bersosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk bergaul dengan anak lain. Bunda boleh berpartisipasi dalam komunitas orang tua dari teman sekelas anak. Namun, Bunda haru bisa membatasi diri dan tidak terlalu mengontrol dalam pertemanan buah hati.
Orang tua tidak disarankan langsung menengahi anak secara langsung saat bermain dengan temannya. Sebaiknya supervisi dilakukan dari jarak jauh dan ajak anak berdiskusi tentang sesi bermainnya tanpa mengkritik.
Setiap kesempatan sosialisasi yang Bunda ciptakan menjadi ajang pelatihan keahlian sosial yang baik bagi buah hati. Perhatikan gerak gerik anak sambil mempelajari cara untuk semakin memantapkan kemampuan bergaul mereka.
5. Jadi Panutan yang Baik
Salah satu cara mendidik anak terbaik dalam bergaul adalah menjadi panutan yang bisa diandalkan. Orang tua juga harus mampu menunjukkan kemampuan menjalin hubungan persahabatan, baik dari yang sederhana seperti bertegur sapa, berinteraksi, dan beradaptasi dengan lingkungan sesama orang dewasa. Ajak anak untuk juga turut menyapa, memberi salam, dan mengucapkan kata perpisahan dengan sopan.
6. Cari Bantuan Profesional
Tipe anak pemalu biasanya perlu bantuan Bunda untuk bergaul. Bagi beberapa anak, masalah ini biasanya akan perlahan menghilang sambil bertambah usianya. Namun, bagi beberapa anak, ketidakmampuan bersosialisasi bisa merupakan pertanda masalah lebih serius.
Jika anak memiliki masalah sosialisasi yang cukup mencemaskan Bunda, tidak ada salahnya jika berkonsultasi kepada dokter anak.
Bu, Begini Cara Mengajar Anak PAUD yang Seru dan Bermanfaat
Bu, Begini Cara Mengajar Anak PAUD yang Seru dan Bermanfaat
Bu, apakah anak Ibu mudah bosan saat belajar? Anak-anak memang memiliki pola pikir yang unik, Bu. Untuk mempelajari sesuatu, mereka memiliki cara sendiri yang berbeda dari orang dewasa. Jika Ibu menerapkan pola belajar yang tidak menyenangkan, maka mereka akan cepat bosan. Oleh karena itu, saat memasuki usia Taman Kanak-kanak (TK) anak harus diajari dengan cara khusus. Tidak hanya gurunya, Ibu sebagai orang tua yang mengajari anak di rumah pun juga harus tahu bagaimana cara mengajari pelajaran anak TK yang menyenangkan. Langsung saja simak informasi selengkapnya di bawah ini, Bu:
Gunakan Kata-kata Sederhana
Di usianya ini anak masih belum memahami semua kata. Untuk itu, dalam berkomunikasi dengan mereka haruslah memakai kata-kata yang sederhana agar ia lebih mudah memahami maksud yang Ibu ingin sampaikan. Berikan arahan, perintah, atau kalimat dengan kata-kata yang mudah dipahami anak secara perlahan.
Jangan berbicara terlalu cepat, karena bisa membuatnya bingung. Bila penyampaiannya tepat, maka cara ini dapat menambah kosakata yang ia miliki dan berdampak dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak.
Membebaskan Waktu Bermainnya
Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Meski sudah masuk usia sekolah, tapi Ibu tetap harus memberikannya waktu untuk bermain lebih banyak. Setelah ia selesai mempelajari pelajaran anak TK, berikan ia waktu bebas untuk bermain hal yang ia sukai.
Bermain bagi anak dapat bermanfaat dalam meningkatkan kreativitas, mengekspresikan minat dan bakat, dan melatih kemampuannya. Di sini Ibu bisa mengenali minat dan bakat buah hati. Jika ia lebih tertarik untuk melakukan satu jenis kegiatan, bisa jadi itu merupakan bakat terpendam yang ia miliki. Ibu pun hanya perlu membimbing dan mengarahkan anak supaya bakatnya lebih terasah dan membawa anak meraih kesuksesan.
Sambil Bernyanyi
Anak-anak sangat suka mendengar musik dan bernyanyi. Ibu bisa memanfaatkannya untuk menyampaikan pelajaran anak TK. Dengan bernyanyi, suasana belajar jadi lebih menyenangkan dan anak pun lebih mudah dalam menyerap ilmu yang Ibu berikan. Gunakan lagu yang sudah dihapal oleh anak untuk mengajari ia berbagai hal, seperti nama hewan, nama hari, nama bulan, angka, abjad, dan lain sebagainya.
Belajar dengan Cara Seru
Proses belajar bagi anak TK masih sangat baru, Bu, sehingga tidak boleh terlalu serius. Pelajaran anak TK pun masih bersifat dasar dan harus diberikan dengan cara yang seru agar si anak tertarik. Untuk anak di usia ini, hal-hal yang dipelajari antara lain berupa mengenal nama, menggambar, menulis, mewarnai, melipat kertas, dan sejenisnya.
Ajarkan dengan perlahan, sabar, dan berikan contoh terlebih dulu untuk menarik perhatiannya. Jika ia sudah tertarik, maka ia pasti ingin melakukannya juga. Selain itu, gunakan aneka warna dan bentuk sebagai media belajar anak, karena anak menyukainya.
Baca juga: Mengenal PAUD Berkualitas, ini 4 Elemen yang Harus Dipenuhi
Belajar di Luar Ruangan
Siapa bilang belajar hanya bisa di dalam ruangan saja? Belajar juga bisa dilakukan di luar ruangan lho, Bu. Apalagi anak-anak, mereka sangat suka berada di tempat terbuka. Pelajaran anak TK yang disampaikan di luar ruangan bisa memberikan suasana baru agar anak tidak cepat bosan, karena terkadang berada di ruangan tertutup bisa menjadi sangat membosankan.
Pindahkan kelas ke sebuah taman yang rindang dan ramah anak untuk mengenalkan anak secara langsung kepada lingkungan sekitarnya. Bisa juga dengan mengunjungi kebun binatang, museum, atau wisata edukasi yang kini mulai banyak tersedia. Dengan begitu anak-anak bisa melihat langsung hewan, tanaman, benda, dan lainnya. Belajar sambil melihat langsung tentunya lebih menarik, bukan? Anak pun juga lebih gembira dan mudah dalam menghapalnya.
Buat Permainan
Pelajaran anak TK bisa disampaikan sambil bermain permainan yang edukatif. Metode ini akan membuat proses belajar jadi lebih seru dan tidak membosankan. Misalnya saja saat memperkenalkan aneka hewan, Ibu bisa bermain tebak suara hewan. Minta ia untuk menebak suara hewan apa yang Ibu keluarkan. Pasti anak akan merasa senang dan dapat lebih mudah menyerap ilmu yang Ibu sampaikan.
Melatih Kepercayaan Diri Anak
Anak yang pemalu bisa disiasati dengan dilatih kepercayaan dirinya sejak dini. Salah satu cara mudah untuk melatih kepercayaan diri anak dengan mengajaknya ikut membantu pekerjaan rumah, seperti menyapu, menyirami tanaman, atau membereskan barang. Percaya atau tidak, cara ini sangat efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri anak untuk melakukan sesuatu, Bu.
Sangatlah wajar bila ia masih belum bisa melakukannya dengan baik. Namun kesempatan yang Ibu berikan kepadanya untuk berani bertindak inilah yang dapat mempengaruhi tingkat percaya dirinya saat ia tumbuh besar nanti.
Beri Hadiah
Setiap anak pasti suka diberi hadiah, sekecil apapun itu. Berikan hadiah setiap ia berhasil menyelesaikan kegiatan belajarnya dengan baik. Hadiah tidak harus berupa benda ya, Bu, tapi bisa berupa stiker atau poin yang dikumpulkan dalam sebuah tabel. Jika sudah penuh, Ibu bisa menjanjikannya untuk bermain di taman bermain, mengunjungi kebun binatang, ke pantai, atau bermain air di waterboom.
Baca juga: Kebiasaan Ini Bantu Anak Bersosialisasi
Pastikan Ibu mengajari pelajaran anak TK di atas, ya. Perlu Ibu ingat bahwa di usia ini anak masih dalam tahap berkembang, sehingga membutuhkan proses yang bertahap dan terus-menerus. Tentunya setiap anak memiliki daya tangkap yang berbeda. Jadi jika buah hati tidak sepintar anak lainnya, jangan pernah untuk membandingkannya, karena dapat membuatnya tidak percaya diri. Ibu hanya perlu mengajarinya secara rutin, dan percayalah perlahan ia pasti bisa menyusul teman-temannya.
Untuk mendukung anak belajar, berikan susu Frisian Flag 456 PRIMANUTRI ya, Bu. Susu ini mengandung nutrisi lengkap yang bisa mendukung kecerdasan otak anak. Di dalam susu terkandung nutrisi berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral serta omega 3 dan 6, selenium, serat pangan inulin, zinc, kalsium, dan zat besi.
Mengenal PAUD Berkualitas, ini 4 Elemen yang Harus Dipenuhi
Mengenal PAUD Berkualitas, ini 4 Elemen yang Harus Dipenuhi
Pernyataan ini disampaikan Direktorat PAUD lewat Instagram resminya. Pihaknya juga menyampaikan bahwa penyediaan layanan dalam menunjang proses pembelajaran anak memerlukan dukungan dari pihak lain seperti pemerintah daerah.
"Sarana prasarana hanyalah pendukung dalam memastikan lingkungan belajar di satuan PAUD aman dan nyaman bagi anak peserta didik," tulis akun @paudpedia seperti dikutip pada Minggu (23/5/2021).
Dilansir dari akun resmi Direktorat PAUD Kemdikbud, terdapat empat elemen dari PAUD berkualitas. Sebagai berikut:
1. Memiliki kualitas proses pembelajaran yang baik
PAUD yang berkualitas tercipta dari proses pembelajaran yang baik. Adapun sarana prasarana hanya pendukung terjadinya proses pembelajaran yang aman dan nyaman bagi peserta didik.
2. Bermitra dengan orang tua
Direktorat PAUD Kemdikbud juga menyebut, mitra dengan orang tua menjadi salah satu elemen yang dapat menciptakan PAUD yang berkualitas.
3. Memiliki tata kelola yang baik
PAUD berkualitas setidaknya memiliki tata kelola yang baik seperti kelengkapan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dan perencanaan yang baik. Dapodik merupakan sistem pendataan secara nasional yang dijalankan secara terpadu.
4. Memantau dan mendukung terpenuhinya kebutuhan esensial anak
Terakhir, kebutuhan esensial anak yang dimaksudkan meliputi pemenuhan kesehatan dan gizi, pembinaan moral-emosional dan pengasuhan, serta perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan.
Layanan PAUD berkualitas turut mendukung terwujudnya layanan PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) di komunitasnya. PAUD HI adalah penanganan anak usia dini secara menyeluruh.